Memang benar
bahwa berbisnis itu harus berkorban tidak sekedar materi yang harus di
keluarkan untuk modal awal berbisnis, untuk berbisnis juga kita harus merelakan
waktu, tenaga serta kemungkinan terburuk sekalipun seperti kerugian dan
kecelakaan yang mencederai fisik kita.
Mengapa saya
berkata demikian ? karena hal itu memang saya alami sendiri dalam menjalankan
bisnis saya. Kejadian itu bermula setelah saya beserta istri dan anak saya
pulang dari belanja untuk keperluan dagang yang sedang saya dan istri saya rintis. Saat itu tepatnya hari selasa tanggal 20 mei 2014 sekitar pukul 05.00 pagi
dini hari, Saya yang membawa istri dan anak saya mengalami kecelakaan di daerah BItung,
Tangerang. Pada saat itu saya yang mengendarai sepeda motor menabrak sebuah
pembatas jalan di daerah itu. Kecelakaan itu di sebabkan oleh ketidakfokusan
dalam mengendarai sepeda motor. Penyebab lainnya adalah penerangan jalan yang
kurang terang yang ada di daerah itu.
Biasanya dalam
berbelanja barang dagangan, saya selalu sendiri. Namun entah kenapa pada hari
itu istri saya ingin sekali ikut berbelanja barang dagangan. Yah…mungkin sudah
di atur oleh Yang Maha Kuasa bahwa pada hari itu saya harus mendapatkan cobaan
dalam berbisnis berupa sebuah musibah.
Sebenarnya jika
saya mengingat kembali sebelum kecelakaan itu terjadi, sebelum berangkatnya pun
kondisi ban motor saya dalam keadaan kempes yang hanya bisa di naiki oleh satu
orang saja. “ Mah, ban motor saya kempes, kamu gak usah ikut ya ! karena tidak
bisa untuk boncengan, kalau bisa pun kita harus jalan dulu sampai ke tempat isi
angin.” Ucap saya kepada istri saya. Namun karena semangatnya yang sangat besar
dalam berbisnis, istri saya pun bersikeras tetap ingin ikut untuk berbelanja
dagangan. “ Gak pah, saya mau ikut, gak apa – apa jika saya mesti jalan dulu.”
Tutur istri saya dengan gigihnya. Lalu saya pun tidak bisa melarangnya dan
sekitar 300 m kami pun menemukan tempat untuk isi angin. Setelah itu kamipun
meluncur untuk “ Hunting “ barang – barang yang hendak di perdagangkan.
Barang – barang
yang saya dan istri saya cari adalah barang – barang untuk keperluan bisnis sayuran
seperti kacang panjang, wortel, brokoli, kembang kol, kacang buncis, cabe,
kentang, daun bawang, seledri, dan lain – lain.
Setelah kami
selesai membeli barang untuk keperluan dagang kami, kami pun meluncur pulang.
Di lihat dari wajahnya, istri saya terlihat sangat senang yang di karenakan
harga dari barang – barang dagangan yang di belinya lebih murah di bandingkan
dengan tempat sebelumnya, sehingga keuntungan yang di dapatkannya pun akan
bertambah pula. Kami pun asik ngobrol di jalan hingga tak terasa perjalanan
pulangpun tersisa setengahnya lagi. Mungkin karena terlena dengan asiknya
ngobrol hingga hal itu mengakibatkan berkurangnya konsentrasi saya dalam mengendarai
sepeda motor yang mengakibatkan motor yang saya tunggangi bersama keluarga saya
menubruk sebuah pembatas jalan.
Saya, anak dan
istri saya pun terlempar kedepan setelah menubruk pembatas itu. Kami pun mendapatkan
banyak luka atas kejadian itu. Saya terluka di bagian tangan kiri. Namun luka
yang terparah dalam kejadian itu adalah luka yang di alami istri saya, karena
di bagian dahi kiri atas sobek hingga tengkoraknyapun tampak oleh mata sehingga
mesti di jahit sebanyak 19 jahitan, 8 jahitan di bagian pelipis mata dan 7
jahitan di bagian bawah hidung.
Sungguh,
peristiwa itu sangat membuat saya terpukul. Namun hal itu tidak menyurutkan
semangat saya dan istri saya dalam menjalankan bisnis itu. Karena kami yakin
bahwa “ sesuatu yang akan di raih dengan jumlah yang sedikit, maka cobaannya
pun sedkit dan sesuatu yang akan di raih dengan jumlah yang besar, maka
cobaannya pun besar pula “. So, semua kejadian itu kami menganggapnya sebagai
ujian bagi kami untuk meraih sesuatu yang lebih besar lagi. ( Welly Yusup )
Sumber :
Pengalaman pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar