Berdasarkan Dinas Disperindagkop pada bulan Maret 2008,
harga
sembako mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Harga
kedelai mencapai Rp.
7.300,00. Hal itu menyebabkan kedelai sulit didapat dan
menurunnya daya
beli masyarakat terhadap kedelai. Permasalahan kebutuhan
terhadap kedelai
yang tinggi mendorong adanya alternatif yang dapat
memecahkan
permasalahan tersebut yaitu terpenuhinya sumber protein
sekaligus tidak
menambah daftar persoalan bagi ekonomi maupun lingkungan
dan kesehatan.
Salah satu tanaman alternatif yang dapat mengatasi
permasalahan
tersebut adalah pohon Turi (Sesbania grandiflora).
Tanaman tersebut
merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara
(Yayasan
Keanekaragaman Hayati, 2008). Pohon Turi mampu
memproduksi biji kaya
protein serta memiliki ongkos produksi yang murah. Hal
tersebut disebabkan
penanaman pohon Turi tidak memerlukan lahan khusus karena
dapat tumbuh
di lahan kritis dan tidak perlu dipupuk atau perawatan
intensif. Menurut
Zakiyatul Munawaroh (2004:29) dalam biji turi sebanyak
100 gr mengandung
protein sebesar 36,21%.
Di Indonesia, pohon Turi belum banyak dimanfaatkan
ataupun
dibudidayakan secara komersial. Tanaman tersebut biasa
digunakan sebagai
pelindung atau peneduh, karena pohonnya tinggi dan
daunnnya rimbun
(Plantus, 2008). Padahal, biji Turi seharusnya dapat
menggantikan
penggunaan kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe.
Hal inilah yang
mendorong perlunya penganekaragaman pada pembuatan tempe
melalui
substitusi biji turi pada biji kedelai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar