|
A. Keamanan dan Ketahanan Pangan
Dari
kebutuhan fisiologi tersebut terlihat bahwa keamanan pangan (food safety) merupakan kriteria penting
dalam mewujudkan ketahanan pangan yang kokoh di samping ketersediaan pangan (food avaibility), keterjangkauan pangan
(food accessibility), penerima pangan
(consumer acceptability atau consumeability). Kesejahteraan tersebut
secara keseluruhan merupakan kebutuhan kesejahteraan masyarakat, keluarga dan
individu (people’s welfare). Keamanan
pangan itu sendiri diartikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan kerusakan, pencemaran biologi, kimia, dan benda
lain yang dapat menggangu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Masalah
keamanan pangan sekarang telah menjadi keprihatinan dunia. sesungguhnya
keprihatinan ini sudah dimulai sejak tahun 1992, yaitu pada saat FAO/WHO (Food
and Agricultural Organization/World Health Organization) dalam International
Conference on Nutrition merasa prihatin karena dilaporkan ratusan juta manusia
di dunia menderita penyakit menular maupun tidak menular karena pangan yang
tercemar. Pada saat itu pula FAO/WHO mendeklarasikan bahwa ”memperoleh pangan
yang cukup, bergizi dan aman untuk dikonsumsi adalah hak setiap orang”. Deklarasi
ini pula yang kemudian menjadi bagian dari peryataan ketahanan pangan seperti
yang telah diuraikan di atas.
Di
dalam perkembangannya,keamanan pangan menjadi tolak ukur yang sagat penting
dalam pandanan international yang makin hari makin ketat. Pada FAO World Food
Summit tahun 1996 semuah Negara telah menyatakan kesepakatanutuk setiap saat
menerapkan kebijakan dalam menyediakan pangan yang cukup,bergii dan aman untuk
di konsumsi serta dalam pendayagunaannya yanb efektif.di samping itu juga untuk
menerapkan tolak ukur yang sesuai dengan persetujuan tentang penerapan SPS (Sanitary and Phytosanitary) dan persetujuan
internasional terkait lainnya yang dapat menjamin mutu dan keamanamn pangan
yang dihasilkannya. Kriteria keamanan pangan sekarang menjadi dasar persyaratan
pangan yang dikembangkan oleh badan dunia, Codex Alimentarius Commission (CAC),
yang secara sukarela menjadi persyaratan keamanan pangan minimal untuk
perdagangan pangan global.
(1)
Lingkungan dan keamanan pangan
Berbicara tantang keamanan pangan
tidak dapat di lepaskan dari masalah lingkungan.sesungguhnya sangat erat
sekalikaitannya antara dampak lingkungan dengan setatus keamanan pangan.
Mengapa demikian? Karena pangan akan menjadi tidak aman untuk di konsumsi dalam
kondisi lingkugan yang buruk dan tidak mendukung. Dari dampak lingkungan yang
buruk itulah makan pangan akan tercemar oleh bahaya hayati seperti cemaran
bakteri pathogen, bahaya kimia seperti pecahan gelas, logam, dan benda-benda
asing lainnya.
Pada
dasarnya pangan yang kita makan selain untuk memenuhi kebutuhan tubuh karena
lapar tetapi juga yang penting adalah karena zat melalui gizinya digunakan oleh
tubuh untuk untuk membangun tubuh dan mempertahankan kehidupan.Pangan yang
masuk kedalam tubuh akan dicerna, zat giinya di serap dan digunakan dalam
metabolisme didalam tubuh. Apa yang terjadi jika pangan yang dimakan tercemar
oleh cemaran biologi atau kimia? Cemaran tersebut akan tertelan, tergantung
pada jenis dan jumlah cemarannya. Cemaran-cemaran ini juga dapat menimbulkan
perubahan metabolik yang akut dan kronis.Dampak yang ditimbulkannya dapat
berupa penyakit karena pangan (foodborne diseases) atau keracunan pangan
(food poisoning). Kedua dampak ini akan menjadi lebih parah akibatnya
jika korban yang mengalaminya sedang berada pada setatus gizi yang buruk.
Apalagi jika kedua dampak ini juga disertaidengan diare beratyang dapat
menguras asupan pangan dan zat-zat
gizinya dari tubuh. Bukan tidak mungkin kondisi buruk yang berlarut-larut
ini akan memperparah kondisi status gizinya yang buruk dan pada akhirnya
berdampak terhadap penurunan kualitasnya sebagai manusia. Oleh karena itu,jelas
bahwa keamanan pangan sangat erat kaitannya dan berpengaruh pada status gizi
masyarakat pada khususnya dan terhadap perkembangan sumber daya manusia pada
umumnya.
Selama
abad terakhir ini, perkembangan ilmu gizi berjalan begitu pesat antara lain
telah di temukan berbagai penyebab penyakit yang disebabkan kekurangan gizi. Di
banyak negara berkembang,tantangan terhadap pengembangan sumber daya manusia
pada umunya berkaitan dengan masalah gizi kurang energi–protein dan defisiensi
gizi mikro termasuk defesiensi vitamin A, besi dan yodium. Di sisi lain, di
banyak negara maju, pola penyakitnya telah bergeser dari penyakit karena
defisiensi ke penyakit gizi berlebih yang selanjutnya menjadi faktor kelainan
yang berkaitan dengan pola konsumsi pangan seperti obesitas, diabetes
mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, dan beberapa jenis kanker.
(2) Kasus Keracunan Pangan
Masalah keamanan pangan berupa
keracunan karena pangan masih banyak terjadi di indonesia.kasus-kasus keracunan
atau penyakit karena pangan sering di laporkan oleh media massa yang pada
umumnya terjadi karena penanganan pangan yang salah di sector industri jasa
boga non-formal.berdasarkan laporan dari balai besar/balai pengawas obat dan
makanan di tinkat provinsi serta laporan media massa,badan POM telah
mengidentifikasi sebanyak 152 kejadian keracunan karena pangan pada tahun
2004.laporan itu menyebutkan bahwa dari sebanyak 16.301 orang yang
makan,sebanyak 7.295 orang menderita sakit dan di antaranya seabanyak 45 orang
meninggal dunia.
Persentase
terbesar dari kasus keracunan karena pangan diatas paling banyak bersumber dari
kasus dirumah tangga sebesar 46,7% diikuti oleh kasus karena perusahaan
katering sebesar 22,4%, pangan olahan sebesar 15,1%, dan pangan jajanan sebesar
14,5%. Di samping itu masih ada yang tidak dilaporkan sebanyak 1,3%. Umumnya cemarn
mikroba karena kondisi lingkungan yang buruk menjadi penyebabnya, yaitu
terjadinya kontaminasi silang dari lingkungan yang kotor ke pangan yang sudah
dimasak baik secara lansung maupun tidak melalui perantara seperti manusia dan
hewan.sering ditemukannya bakteri penghasil enterotoksin Staphylococcus
aureus dalam pangan yang menjadi penyebab keracunan dalam jumlah yang nyata
apabilah lebih dari 106 sel per gramnya. Indikasi yang sering ditemui adalah
karena bakteri ini berkembang pada saat pangan siap saji disimpan dan menunggu
waktu beberapa jam pada suhu kamar sebelum dihidangkan pada esok harinya.dengan
muatan bakteri yang tinggi ini,sejumlah toksin sudah di hasikan oleh bakteri
dan terkandung dalam pangan siap saji sebelum dikonsumsi .selain bakteri diatas,
bakteri lain seperti E.coli, Salmonella dan Vibrio cholerae
terkadang juga di temukan dalam pangan, terutama pangan jajanan.jelas bahwa
kepedulian masyarakat yang rendah akan lingkungan dapat menyebabkan pangan
menjadi tidak aman untuk di konsumsi.
(3) Pencemaran
bahan kimia
Penurunan tingkat keamanan pangan selain karena cemaran
bakteri patogen,juga sering terjadi karena cemaran bahan kimia dalam
lingkungan.cemaran bahan kimia yang berasal dari kegiatan manusia seperti
kegiatan industri dapat tersebat malalui udara, atau melalui air dan tanah ke
dalam ikan, tanaman atau hewan. Penyebab utama pencemaran pada pangan adalah
udara, air atau tanah yang tercemar oleh bahan-bahan kimia. Emisi dari industri
dan knalpot kendaraan adalah pencemaran udara yang umum terjadi. Timbal (pb)
adalah cemaran kimia yang berasal dari dari udara kemudian menempel dan
kemudian diserap kedalam tanaman pagan maupun sayuran dan buah-buahan. Timbal
dari limbah industri yang dibuang ke perairan sering masuk ketubuh ikan,kemudian
ikannya dikonsumsi. Merkuri (hg) yang berasal dari pertambangan emas tampa izin
jug adapt masuk ke dalam bahan pangan.
Salah
satu keracunan karena bahan kimia yang paling dikenal adalah keracunan karena
merkuri yang terjadi di Minamata. Pada awal tahun 1950-an banyak orang di kota
nelayan ini melemah ototnya secara terus-menerus,kemudian kehilangan kemampuan
pandangannya, dan selanjutnya menderita paralisis dan koma. Sekitar 40% dari
mereka yang menderita kemudian meninggal dan yang lainnyamengalami cacat
permanen. Baru pada tahun 1968 dinyatakan secara resmi bawa merkuri adalah
penyebab dari keracunan tersebut Partik-partik yang salah saat ini sedang
berlangsung di penambangan emas tanpa ijin (PETI) yang masih menggunakan
merkuri sebagai bahan pengekstrak emasnya.lebih parah lagi,pegolahan emas dari
bongkahan-bongkahan batu yang di peroleh dari petambagan itu sering dilakukan
di kampung-kampung yang berpenghuni cukup padat.limbah yang mengandung merkuri
itu kemudian di buang ke selokan-selokan dan kemudian mengalir ke sungai-sungai
atau ke parit-parit di wilayah pemukiman dan
pertanian penduduk. Dikhawatirkan bahwa pencemaran yang terus menerus ini akan
berdampak pada kesehatan penduduk di sekitarnya.
Contoh keracunan pangan karena bahan kimia lainnya adalah
kasus keracunan yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1985. Sebanyak 1.373
orang mengalami keracunan karena makan semangka yang ditanam pada tanah yang
diperlakukan dengan pestisida aldicarb. Ada bebarapa lagi cemaran bahan
kimiayang menyebabkan panganmenjadi tidak aman untuk dikonsumsi, antara lain
misalnya pencemaran oleh cadmium (Cd), PCBs (polychlorinated biphenyls), aflatoksin, pestisida organokhlor dan
pestisida organofosfor.
UNEP/FAO/WHO Food Contamination Monitoring Programme
(GEMS/Food) aktif sekali memantau pencemaran pangan oleh bahan kimia dan
menjelaskan bahaya dari pencemaran pangan. Tujuan dari pemantauan ini antara
lain untuk mengetahui seberapa jauh manusia dan lingkuangannya terpapar oleh
cemaran berbahaya baik bahaya biologi maupun bahaya kimia. Dengan memperoleh
informasi ini, kebijaka terhadap pengendalian pencemaran baik terhadap manusia
maupun lingkungan dapat dilakukan dan dikembangkan terus secara dinamik. Pada
akhirnya dapat dikatakan bahwa pencemaran pangan dapat secara efektif dikurangi
melalui pengendalian lingkungan. Dengan demikian, peningkatan kepedulian
terhadap lingkungan sangat berperan dalam membantu meningkatkan keamanan pangan
secara langsung.
Dari segi pengawasan, ada dua cara utama yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan keamanan pangan, yaitu (1) Upaya pencegahan (Preventive Control), dan (2) Upaya
penindakan secara hukum (Law Enforcement).
Upaya untuk selalu meningkatkan kepedulian akan lingkungan sebagaimana diuraikan di atas adalah salah satu upaya
pencegahan agar masalah keamanan pangan dapat ditangani. Seharusnya upaya
pencegahan ini menjadi prioritas awal dan utama dalam pengawasan keamanan
pangan. Diharapkan dengan upaya ini budaya untuk menghasilkan bahan maupun
produk pangan yang aman akan berkembang. Upaya melalui penindakan secra hokum
tetap harus dilakukan jika terjadi pelanggaran-pelanggaran atas peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
B.
Tindakan represif
Kebutuhan dasar fisiologi tersebut
diatas untuk memperoleh kesehatan fisik, masih dapat di perkuat dengan ditopang
oleh latihan fisik seperti olahraga, yoga, pijat refleksi, dan sebagainya.
Realitas yang dihadapi masyarakat sering kali tidak sesuai dengan harapan.
Indonesia dikenal sebagai negara tropika yang kaya raya, tetapi dengan ironi
adanya angka kemiskinan masyarakat yang cukup bermakna. Dalam keadaan demikian,
ketahanan fisiologi pangan akan sulit dapat dicapai, sehingga derajat
kesehatannya pun akan menurun, dan resiko sakit kan membuhtuhkan kesimbangan
kembali untuk mwndapatkan setatus kesehatan.Untuk itu diperlukan tindakan
represif atau kuratif. Oleh karena itu diperlukan kompetensiatau keterampilan
profesi kedokteran. Berbagai keadaan sakit akan memerlukan pendekatan berbagai
cabang kedokteran, seperti kedokteran syaraf, kedokteran gigi, kedokteran
kebidanan dan sebagainya. Oleh karena itu pelayanan kedokteran dilengkapi degan
pelayanan rumah sakit sebagai pelayanan represif atau kuratif (pengobatan).
Jadi kecukupan pangan yang tidak
yang tidak tercapai itu perlu diatasi dengan berbagai cara :
(1)
dengan berbagai suplemen seperti vitamin
A,B,C,D,E,dan sebagainya.juga dengan suplemen minyak ikan,omega 3,6,9,bawang
putih dan lain-lainnya .
(2)
dengan minum jamu, yang berfungsi ganda.
secara umum para penjual jamu dikenal sebagai penjual obat, seperti obat cabe
lempuyang, brotowali, beras kencur dan sebagainya. padahal di sisilain fungsi
apa yang disebut jamu itu juga berfungsi sebagai suplemen dalam gizi
sehari-hari seperti kencur, jahe, kunir, dan sebagainya.jadi sebernanya penjual
jamu itulebih tepat disebut sebagai
penjual suplemen makan.
(3)
Akhirnya kalau benar jatuh sakit akan di
perlukan obat, untuk mana diperlukan profesi farmakologi (ilmu tetang
obat-obatan). Jadi berbagai obat seperti streptomycin, penniciline, amoxyline
(antibiotik), Imodium (antidiare), laxatine (menguras isi perut), dan
sebagainya adalah preparat yang berfungsi sebagai obat.
Dalam
perkembangan ilmu kesehatan dan ilmu kedokteran juga timbul Perkembangan yang cukup dinamik. Dalam ilmu
kedokteran dimulai dengan berkembangnya community medicine (pengobatan
masyarakat), yang disusul adanya community
health (kesehatan masyarakat). Belakangan dibeberapa perguruan tinggi
ada gejala penyatuan keduanya dalam salah satu lembaga
pendidikan kesehatan: kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan dan kedokteran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar