Welly Yusup

Welcome to my blog

Sabtu, 06 Juli 2013

2.4. KEBUTUHAN PSIKOLOGI


        Kebutuhan dasar manusia keberadaanya dalam lingkungan hidup juga menimbulkan masalah sikap kejiwaannya. Untuk itu di kenal psikologi lingkungan (environmental psychology), belakangan muncul ekopsikologi. Sikap dan perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh perilaku ruang (spatial behaviour). Hal ini mungkin sekali akan menimbulkan ketegangan lingkungan (evironmental stress), misalnya keadaan ruangan yang akan memicu kejiwaan seseorang, sifat cahaya, suasana dan suhu. Lebih lanjut juga pengaruh luas/sempitnya ruangan, yang akan berpengaruh terhadap dimensi teritorialitas dan privacy seseorang. 

       Environmental stress akan berpengaruh pada diri seseorang, sesuai dengan lamanya keadaan/gangguan yang dapat diterima olehnya untuk menanggapinya. Jadi pada dasarnya pengaruh lingkungan terhadap kejiwaan seseorang dapat bersifat internal, eksternal, maupun transendental.

A. Faktor internal        

Faktor internal yang mempengaruhi seseorang dapat berbeda-beda. Dalam kehadiran seseorang dalam lingkungan hal itu sangat tergantung pada:

(1)   Jati diri yang merupakan refleksi dari egoisme seseorang, yakni dari kepercayaan diri, kemandirian maupun keyakinan akan kompetensi maupun perasaannya dalam kehidupan.

(2)   Empati yakni kemampuan untuk mengenal dan memahami perasaan orang lain dalam sistem sosial dimana dia berada. Dengan empati seseorang akan berusaha untuk “kompromi” dalam menyesuaikan diri dengan sistem sosial dimana dia berada.

(3)   Altruisme yakni sikap dan perilaku untuk berusaha menolong orang lain, bahkan kadang-kadang dengan mengesampingkan keperluan diri sendiri. Jadi sikap yang terpuji adalah gabungan antara egoisme, empati dan altruisme, karena dengan sikap ini sebenarnya seseorang juga harus memantapkan jati dirinya sendiri terlebih dahulu. Kepentingan orang lain yang harus di tolong pun harus berdasarkan menolongnya agar dia mampu mandiri untuk dapat mengikis ketergantungan pada orang lain. Dalam hubungan ini istilah jangan diberi ikan, tapi kail walaupun sepintas lalu baik, tetapi perlu ditelaah lebih jauh dari kepedulian lingkungan kita. Mengail (mancing ikan) sebenarnya harus dilihat dari urutan dosa berikut:

·         Dosa karena menyakiti cacing yang dijadikan umpan,

·         Dosa karena menipu ikan, dan

·         Dosa karena menyakiti ikan yan terpancing, yang mungkin mulutnya terpaksa sobek.

Jadi perlu diganti dengan ungkapan jangan diberi ikan, tetapi ajarkan cara memelihara ikan.

B.  Faktor eksternal 

          Dalam kehidupan bermasyarakat, kita juga sangat mendapatkan pengaruh faktor eksternal, yakni faktor perilaku kepedulian sesama dan faktor kehormatan.

(1)   Kepedulian atau caring for, faktor diperhitungkan keberadaan kita; selengkapnya faktor eksternal yang kita harapkan adalah caring, loving and belonging within the society where one belongs.

(2)   Kehormatan atau sikap esteem,mulai dari self-esteem, kehormatan diri antarsesama (lihat Maslow 1970). 

             Dalam kehidupan yang berlangsung secara fisik dan kimiawi mungkin juga terjadi keteledoran perilaku yang tanpa sengaja maupun di sengaja dapat membahayakan kehidupan. Misalnya dalam berbagi kegiatan di bidang industri, perdagangan, pertanian,transportasi dan sebagainya dapat terjadi faktor eksternal seperti penggunaan pupuk dan pestisida, termasuk bahan yang berbahaya (peledak, narkoba, dan lain-lain), pembuangan limbah industri dan sebagainya.

             Untuk mempertajam kewaspadaan dan kerja sama antarsektor dalam penggunaan bahan beracun dan berbahaya, telah disusun Profil Nasional tentang pembinaan infrastruktur pengolaan bahan kimia indonesia (Badan POM 2005).

C.  Faktor transendental

            Tuhan menciptakan manusia dengan segenap perangkat dan pengada agar selalu berupaya meningkatkan kesejahteran hidupnya. Jadi hari esok harus lebih baik dari hari ini, sehingga rugilah kita kalau keadaan esok hari sama dengan hari ini. Oleh karena itu kita dikatakan Emil Salim (1986) dalam melaksanakan pembangunan dengan meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan batiniah, sebenarnyalah manusia telah melaksanakan ibadah sebagaimana diperintahkan oleh pencipta-Nya. Jadi pembangunan bersumber pada pengabdian serta pendekan diri pada Tuhan Yang Mahaesa.

“Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah : Adakanlah perjalanandimuka bumi dan perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS Ar Rum : 41-42)

Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat Nya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan

Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda saja, melainkan juga berupa sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi keburukan tersebut sering kali merka menganggap diri mereka sebagai kaum yang melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru merekalah yang berbuat kerusakan di muka bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar